Versatilist sebagai Generasi hybrid


Menjelang lulus dari kuliah, seorang senior dosen Teknologi informasi (TI) pernah memberikan nasihat kepada mahasiswa bimbingannya, begini nasihatnya.. “suatu saat nanti kalian harus menentukan pilihan dalam karir dunia TI apakah akan menjadi generalist atau specialist”:. Dalam kontek dunia TI generalist dapat diterjemahkan sebagai seorang yang memahami aspek dari TI secara komprehensif, sedangkan specialist orang yang memahami dan mendalami hanya bidang tertentu dari TI seperti seorang programmer yang menguasai programing tool tertentu. Petuah sang dosen belasan tahun yang lalu masih saya ingat sampai sekarang. Namun pertanyaan sekarang adalah apakah petuah sang dosen masih berlaku untuk mahasiswa saat ini?. Sebelum menjawab itu, mari sejenak kita renungkan dan cermati dari beberapa fakta yang terjadi saat ini di dalam dunia kerja.

  • Pertama, Bertambahnya kompleksitas domain setiap profesi. Tanyakan saja para perekrut profesional di seluruh dunia ketika mereka mencari calon kandidat untuk level middle management. Para kandidat tidak hanya dilihat dari kualifikasi pendidikan dan pengalaman profesional yang sangat baik, tetapi juga yang memiliki ketrampilan komunikasi dan kolaborasi yang sudah teruji. Keterampilan ini diperlukan, karena di posisi middle management dituntut untuk berbagi pengetahuan (knowledge sharing) bagi kepentingan perusahaan, subordinat, dan peer.
  • Kedua, Pesatnya perkembangan teknologi informasi, dinamika pasar, dan berbagai dampak politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Hal tersebut “memaksa” seorang manager untuk dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat bak seperti seorang pilot pesawat tempur yang harus memutuskan pengeboman dalam waktu hanya sekian detik dari analisa yang dihadapi secara concurrent. Seorang manajer dituntut untuk dapat memahami segala kejadian dan fenomena yang terjadi dan setelah itu dapat memutuskan strategi dan aksi yang diambil untuk dapat mengatasi tantangan.

Jadi, apa artinya ini? Tantangan yang dihadapkan saat ini jelas jauh berbeda dengan dekade sebelumnya terlihat jelas dengan meningkatnya kompleksitas, volatilitas pasar, pelanggan yang kritis, dan perputaran karyawan yang tinggi. Oleh karena itu, para manager atau kaum profesional harus mampu memperlengkapi diri dengan berbagai ketrampilan sehingga keputusan yang dihasilkan dapat cepat dan tepat. Merespon dari tantangan saat ini, maka muncul tipe hybrid yang merupakan kombinasi antara generalist dan spesialist yaitu kaum versatilist. Siapakah mereka? Kaum versatilist merupakan seorang specialist yang mampu berpikir dan berwawasan secara holistik, seorang konseptor sekaligus eksekutor, dan piawai membangun jejaring. Perbedaan antara generalist, specialist, dengan versatilist sebenarnya hanya terletak kepada mindset apakah orang tersebut mau fleksibel dan mau terus belajar diluar comfort zone yang dimiliki selama ini.

Ada minimal beberapa cara menjadi seorang versatilist, pertama tingkatkan pengetahuan dan kompetensi (hardskill dan softskill) misalkan dengan displin untuk membaca, upgrading melalui jalur pendidikan, dan mengikuti sertifikasi. Kedua, memiliki komunitas, mentor, atau coach yang sesuai dengan bidang yang ingin didalami. Ketiga, berani untuk mencoba, tidak bisa dipungkiri pengalaman merupakan guru yang paling efektif dan berharga. Dengan mencoba melalui pelbagai penggalaman maka mempercepat learning curve seseorang untuk menjadi expert. So, ingin menjadi IT programmer sekaligus konsultan bisnis dikagumi, seorang musisi sekaligus pengusaha handal, atau menjadi dosen sekaligus entrepreneur yang disegani? Siapa takut…

Leave a comment

Up ↑