Ketika Bisnis Menjadi Samudra Merah


Istilah “samudra merah” merupakan istilah yang mengambarkan kondisi persaingan bisnis yang sudah jenuh, ketat, dan cendrung tidak sehat. Perusahaan yang mampu keluar dari samudra merah adalah perusahaan yang mampu berinovasi menciptakan samudra baru yang bercirikan persaingan belum ada atau istilahnya samudra biru. Konsep ini merupakan intisari dari buku Blue Ocean Strategy besutan dari W.Chan Kim dan Renee Maubourgne yang dipublikasikan pada tahun 2005. Memang tidak dapat dihindari sebuah persaingan di dunia bisnis, perusahaan-perusahaan raksasa yang pernah berjaya dulunya bisa jadi tinggal kenangan jika tidak piawai mengelola isu yang terjadi di dalam ekosistem bisnisnya khususnya terkait perubahaan.

Sebagai contoh, produk Encylopedia Britannica yang sangat terkenal menjadi pajangan di lemari buku oleh para pimpinan perusahaan atau petinggi pemerintahan yang (katanya) dapat meningkatkan status sosial bagi pemajangnya. Selama lebih dari 240 tahun dari penerbitan perdananya, Encylopedia Britannica menikmati keunggulannya sebagai produk yang nyaris tidak ada pesaingnya. Namun ketika Microsoft mengeluarkan CD (compact Disk) Encarta yang mampu menampung puluhan ribu artikel yang dilengkapi dengan gambar dan multimedia maka tersungkurlah Encylopedia Britannica dan akhirnya memutuskan untuk berhenti mencetak pada tahun 2012. Sejak itu, Encarta menjadi pilihan sebagai pengganti Encylopedia Britannica. Berbagai keunggulan yang ditawarkan Encarta telah menawan hati para pengguna Encylopedia namun fakta mencatat bahwa produk ini hanya mampu bertahan dalam 2 dekade saja. Mengapa? Karena kemunculan dari wikipedia yang jauh lebih unggul dari Encarta dalam hal pemuktahiran (updating) artikel. Jika Encylopedia Britannica membutuhkan satuan tahunan untuk mengoreksi artikel yang salah, Encarta membutuhkan waktu dalam satuan bulan, maka wikipedia hanya membutuhkan satuan detik. Keunggulan Wikipedia yang dikelola oleh ratusan ribu orang secara sukarela menjadikan pilihan referensi seluruh dunia saat ini. Selain gratis, wikipedia memiliki tingkat presisi yang mendekati Encylopedia Britannica. Bagaimana dengan nasib Encarta ? seperti produk pendahulunya, pada tahun 2009 Microsoft mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah kepada wikipedia dengan mengumumkan penutupan Encarta secara bertahap.

Perubahaan teknologi dan perilaku pasar menjadi isu fundamental yang harus diperhatikan agar perusahaan tetap berada di samudra biru. Kecepatan perubahan teknologi dan perilaku pelanggan (pasar) dalam era digital saat ini memunculkan generasi yang menuntut instan dalam layanan dan kritis terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Hal serupa juga menimpa handphone “sejuta umat” Nokia yang didera penderitaan setelah digempur oleh RIM, Android, Apple, dan produk OEM dari China.   Awal tahun 2011 Nokia “dipaksa” melakukan efisiensi karyawan besar-besaran untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya setelah kinerja keuangan Nokia semakin menurun. Sampai saat ini pertempuran dalam bisnis smartphone masih berlangsung dan menjadi tontonan sekaligus pembelajaran menarik bagi perusahaan lainnya.

Setiap perusahaan berpotensi mengalami nasib yang serupa dengan Encylopedia Britannica dan Nokia. Oleh karena itu, sumber senjata untuk penciptaan keunggulan kompetitif berperang dalam pertempuran bisnis mulai beralih dari tangible menjadi intangible yang salah satunya adalah pengelolaan pengetahuan (Knowledge management). Istilah knowledge management diperkenalkan oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi dari Universitas Hitotsubashi, Jepang. Ide sederhana dari penerapan Knowledge management adalah bagaimana para top management dapat memanfaatkan data dan informasi semaksimal mungkin untuk mengambil keputusan bisnis yang berkualitas secara cepat dan tepat.

Sebenarnya, praktek knowledge management bukanlah hal yang baru dan sudah diterapkan oleh banyak perusahaan seperti pencatatan kegiataan (knowledge sharing) yang dilakukan oleh para manajer dalam memecahkan sebuah masalah, perlombaan untuk penciptaan inovasi, diskusi internal, survei, group discussion, coaching, mentoring, dan sebagainya. Namun yang menjadi tantangan adalah konsistensi dan eksekusi di lapangan. Di dalam proses knowledge management terdapat paket beberapa proses yaitu proses menemukan (discovering), menangkap (capturing), membagikan (sharing), dan menerapkan (implementing). Dalam melakukan proses knowledge management terjadi konvergensi diantara aspek manusia, infrastruktur, proses, orgnasisasi, dan teknologi.

Bercermin kepada kedua kasus diatas, awal dari kekalahan bersaing Encylopedia Britannica dan Nokia dikarenakan ketidakmampuan perusahaan dalam membaca tren teknologi dan perubahaan perilaku pasar yang akhirnya menyebabkan perusahaan tidak bisa menentukan prioritas inovasi untuk mempertahankan produk mereka atau terlena terlalu lama berada di puncak kenyamanan. Dari kacamata knowledge management, perusahaan semestinya memiliki suatu proses yang melibatkan karyawan dan infrastruktur untuk menemukan siapa yang menjadi penentu kelangsungan hidup produk kita. Jika penentu kelangsungan produk adalah pelanggan maka ada proses untuk menemukan (discovering) sekaligus menangkap (capturing) ada yang menjadi ekspektasi dan kebutuhan mereka. Setelah itu, hasil yang diperoleh dibagikan (sharing) kepada para manajer (divisi pengembangan produk, marketing, penjualan, dan divisi terkait) untuk kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan sesuai dengan hasil temuan tersebut (implementing).

Siklus proses knowledge management ini dilakukan secara konsisten dan berulang-ulang sehingga perusahaan peka terhadap perubahaan ekosistem bisnisnya dan terus berinovasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup mengarungi samudra biru.

Artikel dipublikasikan di karirpad

One thought on “Ketika Bisnis Menjadi Samudra Merah

Add yours

Leave a comment

Up ↑