Belajar OSS Dari Beijing Hingga Bandung


oleh : Hemat Dwi Nuryanto *

Orang bijak menyatakan bahwa pada prinsipnya gerakan Open Source Software adalah budaya gotong royong lintas bangsa dan lintas generasi untuk menciptakan karya inovasi yang lebih cemerlang. Gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu karya, satu gawe. Sang Proklamator negara ini menyatakan bahwa gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan otak bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua. Holopis kuntul baris buat kemakmuran bersama. Gotong-royong bukanlah sesuatu yang given seperti yang kita duga. Gotong-royong memerlukan komitmen bersama, karena seperti pandangan Anand Krishna yang multikulturalis, gotong-royong berarti memikul bersama menuju gerbang kemakmuran.

Sangat beruntung sebuah bangsa yang bisa “mengunduh” semangat gotong royong dari komunitas global open source software (OSS). Salah satu contoh bangsa yang piawai dalam “mengunduh” karya OSS adalah RRC. Kepiawaian dari “unduh” itu akan tergambar dalam event Olimpiade Beijing 2008. Seperti halnya event akbar se dunia yang lainnya, maka Olimpiade Beijing akan menjadi ajang unjuk kecanggihan TIK yang bersifat fully supported by OSS. Tergambar political will pemerintah China untuk mengunduh buah manis OSS begitu kuatnya. Tak jemu-jemunya pejabat China menegaskan seluruh elemen bangsa untuk memakai program Linux. Badan-badan pemerintah didorong untuk menggunakan Red-Flag, suatu sistem pengoperasiaan berbasis Linux yang dikembangkan secara progresif oleh negeri tirai bambu itu. Jika China sudah mengunduh begitu banyaknya berkah OSS, lalu kapan bangsa Indonesia bisa ikutan ? Padahal mahkamah sejarah telah memutuskan bahwa sejak Linux versi pertama dan mengumumkan source codenya pada tanggal 5 Oktober 1991, kini OSS telah menjadi salah satu penggerak utama dalam model bisnis TIK. Ironisnya, hingga kini masih banyak pejabat negeri ini yang masih alergi terhadap OS.

Mestinya, tekad pemerintah Indonesia yang menjadikan 2008 sebagai “Tahun TIK” ( Teknologi Informasi dan Komunikasi ) berbuat sekuat tenaga untuk memajukan komunitas OSS ditanah air dengan cara memakai produk OSS serta menggencarkan migrasi. Diperlukan konsistensi dan komitmen tingkat tinggi untuk mengakselerasikan program IGOS sehingga menjadi wahana gotong royong untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa. Istilah IGOS atau Indonesia, Go Open Source ! yang dicanangkan pemerintah sejak pertengahan 2004 merupakan suatu gerakan nasional untuk memperkuat sistem teknologi informasi nasional dan pemanfaatan perkembangan TIK global melalui pengembangan dan pemanfaatan Open Source Software (OSS). Program atau gerakan IGOS bisa terartikulasikan dengan baik jika pemerintah dan perusahaan swasta memberikan perhatian sepenuh hati kepada komunitas IGOS yang ada diseluruh pelosok tanah air. Komunitas IGOS harus didorong untuk melahirkan karya yang menjadi solusi bangsa, bukan sekedar karya yang kurang aplikatif dalam kehidupan bangsa. Visi, Misi, dan Program Kerja IGOS di pusat dan daerah haruslah sesuai dengan trend global beserta artikulasi model bisnisnya. Sebagai studi perbandingan dengan yang lain, pada kesempatan kali ini kita menengok IGOS Center Bandung yang dinilai oleh berbagai pihak memiliki program kerja dan produk yang luar biasa. IGOS Center Bandung yang dirintis oleh Eko Mursito Budi (Institut Teknologi Bandung), Hemat Dwi Nuryanto (ZamrudTechnology), Jonathan Sofian (Sisfokampus) dan kawan-kawan itu memilih tagline : OPEN, LEGAL & INNOVATIVE

Dimana tagline itu mengandung pengertian senantiasa melakukan inovasi terbuka, dengan memanfaatkan jejaring inovasi ABG (Academicians, Businessmen & Government Agencies) “Triple Helix”, dan dengan mengindahkan legalitas karya cipta. Tagline itu ditunjang oleh misi : pertama, menyediakan solusi yang berdaya guna, legal, dan terjangkau melalui gerakan inovasi terbuka, dimulai dari gerakan open source di bidang TIK. Kedua, menghela roda bisnis model terbuka yang etis, profesional, sehingga tercipta iklim yang sehat dan kompetitif bagi pengguna, pebisnis, maupun pencipta. Ketiga, mendorong penyelenggaraan manajemen yang terpuji, efektif, efisien, dan akuntabel dengan menggelorakan semangat inovasi terbuka. Keempat, berpartisisipasi mewujudkan tujuan komunitas global seperti yang tertuang dalam Millenium Development Goal dengan memanfaatkan teknologi hasil inovasi terbuka.

Menurut Dr. Ir. Estiyanti Ekawati yang duduk sebagai Direktur Eksekutif, IGOS Center Bandung memiliki dua kelompok program yakni Program IGOS to Community [I2C] dan Program IGOS to Business [I2B]. Program I2C antara lain berupa kegiatan : Sosialisasi Teknologi Terbuka/OSS yang mulai berjalan dengan pengoperasian situs www.igoscenter.org dan pelatihan OSS bagi siswa sekolah di Bandung dan sekitarnya. Kemudian kegiatan Distribute, Service & Support Teknologi Terbuka/OSS, yang diawali dengan Penyediaan Program & Publikasi OSS yang terjangkau, bundling komputer dengan OSS (Ubuntu, Open Office, dll), Pembangunan Sentra Percontohan Jaringan Sistem Informasi Thin Client
Berbasis OSS di SMKN 1 Cimahi, sebagai simpul penggerak awal untuk
sekolah-sekolah menengah di Cimahi dan Bandung. Disusul dengan kegiatan Training & Sertifikasi Teknologi Terbuka/OSS yang dimulai dengan penyelenggaraan pelatihan reguler : Open Source for Kids, Pelatihan Linux Dasar dan Lanjutan (reguler). Dan kegiatan ke empat dari Program I2C adalah mempersiapkan Kompetisi Teknologi Terbuka/OSS, yang pada tahap awal akan berupa Penyelenggaraan Kompetisi Teknologi Terbuka dimulai dengan Kompetisi Karya Cipta OSS Software buatan Indonesia dalam rangka membangun “Generasi Upload”.

Sedangkan Program I2B yang digeluti oleh IGOS Center Bandung mengacu kepada best practices Model Bisnis OSS. Serta kongruen dengan model Eric Raymond yang mengetengahkan tujuh bentuk bisnis open source. Yakni Cost sharing, Risk spreading, Loss-leader / market postioner, Widget frosting, Give away the recipe, Accessorizing, Free the future. Cost sharing dengan contoh Apache web server dimana perusahaan besar seperti IBM mendukung Apache dengan mengalokasikan SDM untuk ikut kontribusi. Risk spreading, dengan contoh Cisco Print Spooler. Loss-leader atau market postioner, dengan contoh Netscape yang membuka source codenya menjadi Mozilla, sehingga Microsoft Internet Explorer tidak mendominasi pasar. Widget frosting, dengan contoh perusahaan hardware (misalnya printer) yang membuka software driver untuk hardwarenya itu. Give away the recipe, open a restaurant dengan contoh Cygnus (yang memberikan support untuk tools dari GNU yang gratis) atau RedHat (yang mendistribusikan dan memberikan support untuk Linux). Accessorizing, dengan contoh penerbit O’Reilly & Associates yang menjual buku, seminar, T-shirt, dan barang-barang yang berhubungan dengan software (terutama software GNU). Free the future, sell the present dengan contoh perusahaan Aladdin Enterprise yang membuat PostScript viewer.

Fakta telah menunjukkan bahwa Model Bisnis OSS semakin berkibar setelah dua faktor yang menjadi rintangan sudah bisa dilalui, yakni faktor jumlah aplikasi yang bisa berjalan di Linux dan faktor support yang belum memadai. Kini model semakin bergairah ketika Red Hat sebagai salah satu vendor Linux menawarkan layanan dan dukungan untuk pengguna enterprise. Angin segar semakin berhembus ketika raksasa seperti IBM dan HP telah menjadikannya sebagai core part dan menawarkan dukungan konkrit untuk Linux. Bahkan, pada 2006 menurut IDC Canada sekitar 14 % dari sever yang ada di Kanada (tidak termasuk download) telah menggunakan Linux. Diprediksi lebih banyak lagi yang men-download sebagai OSS gratis (GPL). Semakin banyak pemerintahan di berbagai negara yang telah menyadari penghematan dengan menggunakan Linux. Peru dan negara-negara Amerika Latin ramai-ramai mengelurkan aturan untuk pindah ke Open Source. Begitu juga dengan kota-kota besar di Uni Eropa, seperti Munich, Amsterdam, dan lain-lain yang mengklaim bahwa setiap bulannya jumlah computer yang bermigrasi dari Windows ke Linux mencapai puluhan ribu.

Menurut Sofwandi Noor, koordinator Program I2B, dengan adanya trend diatas maka IGOS Center Bandung memantapkan Program I2B. Dengan langkah konkrit berupa kegiatan : Promosi Teknologi Terbuka/OSS, dengan dimulai dengan penyediaan solusi Open Source e-Procurement dan e-Campuss. Juga kegiatan sertifikasi dan pelaksanaan proyek antara lain dimulai dengan implementasi e-RadioaBroadcasting di Radio K-lite Bandung. Penyedia Layanan Aplikasi Teknologi Terbuka/OSS Genuine dengan fasilitas hosting aplikasi OS. Dukungan legalitas & jaminan keterbukaan Teknologi Terbuka/OSS Genuine lewat penyediaan tenaga advokasi Legal Yang Menguasai Manajemen HaKI & Hak Cipta Teknologi Terbuka/OSS.

Eko Mursito Budi yang sehari-harinya adalah pengajar di Insitut Teknologi Bandung, menyampaikan, dengan memperhatikan tujuh model Raymond, IGOS Center Bandung mengadaptasi Model Bisnis Terbuka atau OS dari Henry Chesbrough, yang menggolongkan model bisnis OSS dari yang nilai tambahnya sedikit ke yang lebih tinggi, sebagai berikut :

  1. Distributing : menyebarkan teknologi terbuka yang meliputi open knowledge, open source software, dan open hardware.
  2. Service & Support : Membantu pengguna dalam memasang, memakai, dan merawat teknologi terbuka.
  3. Versioning : Mengadaptasi versi teknologi terbuka dan mengelola lisensi terbuka yang sesuai dengan legalitas yang diperlukan.
  4. Integrating : Memodifikasi, menambah, maupun memadukan teknologi terbuka agar sesuai dengan ekosistem aktual pengguna.
  5. Complementing : Menyediakan komponen pelengkap dan/atau peningkat bagi teknologi terbuka yang ada
  6. Leading : Memimpin pengembangan dan melakukan dan mendorong percepatan inovasi berbasis teknologi terbuka.

Sekarang ini kita dapat melihat berbagai macam distro (distribusi, jenis) Linux yang jumlahnya ratusan. Salah satu distro yang sangat popular adalah RedHat. Selain itu ada juga distribusi Slackware dan Debian yang memiliki spesifikasi tersendiri. Linux juga diadaptasi ke banyak bahasa seperti Linux Trustix Merdeka di Indonesia, Vine Linux di Jepang, Red-Flag Linux di Cina. Ada yang perlu dipahami lebih dalam lagi oleh komunitas IGOS, yakni mengenai lisensi-lisensi yang telah disertifikasi oleh Open Source Organization seperti GNU General Public License (GPL) atau biasa disebut Copyleft, GNU Library General Public License (LGPL), dan Sun Public License. GNU GPL dan GNU LGPL adalah lisensi yang dibuat oleh The Free Software Foundation. Lisensi ini pula yang digunakan oleh software Linux pada umumnya. Penting untuk dicatat bahwa istilah free dalam lisensi tersebut merujuk pada hal kebebasan berinovasi dan distribusi, bukan pada hal reward atau uang. Sedangkan IGOS Center Bandung akan mengdaptasi skema dual lisensi populer yang ada untuk karya-karya “Genuine” Indonesia yang merepresentasikan jutaan line of code riset mandiri hasil karya anak bangsa yang dikelola-nya.

Menurut analisa sejumlah pakar, masa depan dari bisnis open source sangat cerah dan bisa membangkitkan daya saing bangsa. Hal itu tergambar dalam tesis Frank Gens, Senior Vice President of Research di IDC yang menyebutkan adanya the open source effect, yaitu akselerasi atas bisnis model yang mengandalkan open innovation pada pengembangan layanan dan produk IT. Gens juga menyebutkan bahwa mulai 2006 para IT leader seperti Microsoft, IBM, Oracle, SAP, akan lebih fokus untuk mengembangkan komunitas open innovation karena mereka menyadari bahwa bisnis proprietary mulai pudar, untuk selanjutnya pasar akan dipimpin oleh model inovasi berbasis komunitas yang nota-bene adalah open source. Dengan tesis itulah maka komunitas IGOS harus benar-benar curah pikir guna menemukan konsep atau open source yang mampu meningkatkan daya saing bisnis perusahaan dan efektifitas pemerintahan. Kemudian memahami pergeseran konsep di dalam bisnis TIK dan mampu mengantisipasi untuk menekan cost dan mendorong revenue semaksimal mungkin dengan memanfaatkan open-source. Dan yang paling utama adalah memikirkan skenario migrasi dari proprietary ke open-source dengan mereduksi risiko.

*)Co-Founder IGOS Center Bandung, CEO ZamrudTechnology, Alumni Universitas Paul Sabatier Toulouse Perancis

TEKNOLOGI “GENUINE” IGOS CENTER BANDUNG

e-DemocracySolution

Solusi e-Demokrasi adalah Solusi Software Untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada, yang mencakup Portal Demokrasi [eDemocracyPortal] dan Aplikasi-Aplikasi Demokrasi [eDemocracyApplications]. Solusi software tersebut telah mendapatkan penghargaan APICTA Indonesia 2003 untuk kategori Research & Development. Fasilitas download “source code” beserta skema lisensi-nya sedang disiapkan dan dapat mulai dimanfaatkan pada tahun 2008

e-GovSolution

Solusi e-Government adalah Solusi Software Untuk Pemerintahan, yang mencakup Portal Pemerintahan [eGovPortal] dan Aplikasi-Aplikasi Pemerintahan [eGovApplications]. Solusi software tersebut telah mendapatkan penghargaan APICTA Indonesia 2003 untuk kategori e-Government & Services. Fasilitas download source code beserta skema lisensi-nya sedang disiapkan dan dapat mulai dimanfaatkan pada tahun 2008

e-BizSolution

Solusi e-Business adalah Solusi Software Untuk Perusahaan, yang mencakup Portal Perusahaan [eBizPortal] dan Aplikasi-Aplikasi Perusahaan [eBizApplications]. Solusi tersebut telah mendapatkan penghargaan APICTA Indonesia 2004 untuk kategori ICT General. Fasilitas download “source code” beserta skema lisensi-nya sedang disiapkan dan dapat mulai dimanfaatkan pada tahun 2008

e-RadioSolution

Solusi e-Radio adalah Solusi Software Untuk Stasiun Radio [baik yang single maupun berjaringan], yang mencakup Portal Radio [eRadioPortal] dan Aplikasi-Aplikasi Radio [eRadioApplications] seperti Program Director, Music Director, News Director, Traffic Management, On-Air, dan Audio Streaming. Solusi software tersebut telah mendapatkan penghargaan APICTA Indonesia 2005 untuk kategori Media & Entertainment. Fasilitas download “source code” beserta skema lisensi-nya sedang disiapkan dan dapat mulai dimanfaatkan pada tahun 2008

e-EducationSolution

Solusi e-Edukasi adalah Solusi Software Untuk Pendidikan dan Pel atihan meliputi solusi : sistem informasi untuk perguruan tinggi (e-Campus), sistem informasi untuk pendidikan dasar dan menengah (e-Sekolah), dan sistem informasi untuk diklat pemerintahan & perusahaan (e-Diklat), yang mencakup Portal Edukasi [eEducationPortal] dan Aplikasi-Aplikasi Pendidikan [eEducationApplication] seperti : eAcademic, eLearning, eLibrary, eFilling, eAdministration, dan lain-lain. Solusi e-Edukasi terdiri dari modul-modul yang terintegrasi dari proses front desk (adminsi) sampai dengan proses manajemen alumni dan keuangan ( back office). Solusi software tersebut telah diimplementasikan diberbagai perguruan tinggi (Sisfokampus) dan di beberapa lembaga/pusat/badan diklat (e-Diklat). Fasilitas download “source code” beserta skema lisensi-nya sedang disiapkan dan dapat mulai dimanfaatkan pada tahun 2008.

Leave a comment

Up ↑